Pendidikan Politik Keluarga Dalam Pilkades -->
POPULER

Pendidikan Politik Keluarga Dalam Pilkades

Rabu, 13 Januari 2021, 09.02 WIB
PEMBACA ONLINE Free website counter



Pendidikan Politik Keluarga Dalam Pilkades

Oleh : Aburizal Bakri, S.AB 
(Jurnalis Media Online Manggarai Timur)

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak 2021 di Kabupaten Manggarai Timur sudah memasuki fase siaga satu (Pesiapan), tidak heran jika perhatian masyarakat Manggarai Timur mulai terfocus dengan dinamika politik desa, mulai dari diskusi nama calon hingga peluang menang calon atau jagoannya.

 Jika biasanya diskusi hanya seputar masalah pekerjaan dan bisnis kini mulai dengan diskusi masalah politik. Memang harus diakui bahwa tahun politik adalah tahun palling sakral disetiap pilkades di Kabupaten Manggarai Timur. Bagaimana tidak? Dilihat dari pengalaman sebelumnya, Masyarakat terkadang menyikapi dan merespon terkait perbedaan pilihan politik didesa dengan cara yang bervariatif dan penuh sensitif. Bahkan hal demikian sering dipraktekkan oleh calon atau pendukung salah satu calon yang tidak mau menerima kekalahannya. Sehingga tidak jarang perbedaan diselesaikan dengan permusuhan.

Ketidakmatangan dalam menyikapi perbedaan politik memiliki akar jauh dalam keluarga. Keluarga dengan ikatan emosional yang kuat dan sering mendiskusikan urusan kemasyarakatan dengan anak-anak, cenderung memiliki pengaruh lebih besar dalam perkembangan politik anak. Namun, manakala keluarga tidak membangun kesetiaan partisan yang jelas, anak-anak cenderung baru mulai terlibat secara politis ketika mereka mencapai kedewasaan.

Orang memperoleh budaya politik melalui proses yang dikenal dengan sosialisasi politik. Sosialisasi politik terjadi dalam banyak cara, tetapi keluarga ialah yang utama. Anak biasanya menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga sehingga dapat dipahami mengapa anak cenderung menginternalisasi kebiasaan, keyakinan, perilaku, dan sikap keluarga.

Keluarga dengan tingkat kohesivitas yang tinggi cenderung mencoba menyelesaikan pertentangan politik yang muncul di antara mereka melalui diskusi. Hal itu mendorong diskusi politik menjadi lebih menonjol dalam keluarga. Ketika politik sudah menjadi menu diskusi harian bagi anak-anak, mereka dengan lebih mudah dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik (Covert dan Wasburn: 2017). Percakapan politik seputar pilkades tidak selalu dimulai dari orangtua. Diskusi yang diprakarsai anak-anak tentang kurikulum kewarganegaraan, kampanye yang sedang berlangsung, atau acara berita utama lainnya dapat pula merangsang orang tua untuk lebih memperhatikan masalah-masalah politik. Anak-anak mengamati dan cenderung menyerap antusiasme politik orangtua di rumah. Keluarga-keluarga yang terbiasa melakukan diskusi politik tak hanya memancarkan informasi politik, tetapi juga memunculkan identifikasi figur politik yang positif dan menanamkan rasa tertarik secara politis.

Pada usianya yang lebih dini, anak dari keluarga yang menunjukkan minat politik tinggi akan mendapatkan atmosfer politik yang lebih intens. Sementara itu, bagi orang dewasa, mendapatkan informasi politik, memiliki identifikasi figur politik dan memiliki kayakinan bahwa seseorang dapat memiliki dampak penting pada urusan politik lebih banyak didapat melalui pencarian diri. Kesadaran pribadilah yang lebih mendorong partisipasi dalam kehidupan politik.

Di samping itu, daya tarik kerabat merupakan tema penting juga dalam kajian sosialisasi politik didesa. Meski keluarga memiliki otoritas terkuat bagi pembentukan opini dan sikap politik anggotanya, berdasarkan berbagai penelitian, ditemukan data bahwa pada kenyataannya sikap politik anak tidak selalu sejajar dengan sikap politik orangtua mereka. Hal itu, misalnya, terjadi pada kasus ketika sikap politik orangtua berbeda dengan sikap politik teman sebaya anak. Bagi anak, keadaan demikian menyebabkan kebingungan apakah akan mengikuti sikap orangtua atau lebih memperhatikan aspirasi teman sebayanya.

Keadaan demikian tidak jarang melahirkan sikap golput pada anak sebagai upaya untuk menghindari berbedaan pilihan politik. Pada akhirnya sikap politik anak lebih ditentukan seberapa tertarik, seberapa dekat, anak dengan orangtua dan sahabat.

Sedang Populer