PEMBACA ONLINE
Upaya HKTI Banyuwangi Dalam Pandemi Covid-19
Bagi Sembako, Sebar Sapi Hingga Dampingi UMKM dan Petani
Banyuwangi - Untuk membantu warga yang terkena dampak Covid-19 secara ekonomi, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Banyuwangi menyalurkan beragam bantuan. Gerakan moral yang dilakukan mulai bulan Ramadan hingga Agustus 2020 itu menyentuh di seluruh Kecamatan di Banyuwangi.
Ketua Umum HKTI Kabupaten Banyuwangi Sonny Agus Setiawan mengatakan, wabah virus korona yang melanda Indonesia dampaknya sudah dirasakan masyarakat. Sebagai warga negara, anggota HKTI Banyuwangi tak mau berpangku tangan di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda, maka sebagai wujud gotong royong membantu pemerintah, HKTI menyalurkan bantuan berupa sembako, hingga menyalurkan enam ekor sapi saat pelaksanaan Idul Adha. “Penyaluran bantuan ini juga atas arahan Ketua Umum HKTI pusat Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, yakni bersama-sama, bergotong-royong meringankan masyarakat bawah yang secara langsung terdampak,” kata Sonny kemarin.
Pengusaha muda ini mengatakan, setiap paket sembako terdiri dari beras, minyak goreng, gula pasir. Sembako ini diberikan, untuk meringankan warga yang terdampak pandemi Covid-19. Terutama bagi masyarakat miskin dan rentan miskin. Dia memastikan proses penyaluran sembako mengikuti protokol pencegahan Covid-19. Di antaranya memakai masker, mencuci tangan, dan sebagainya. “Alhamdulillah HKTI Banyuwangi dapat memberikan paket sembako,” kata.
Selain menyalurkan sembako, kata Sonny, juga telah membantu pemerintah dalam menanggulangi wabah Covid-19. Di antaranya menyemprot rumah ibadah memakai disinfektan, serta membagikan masker, face shield kepada masyarakat dan para petani. “Kami berharap masyarakat mengikuti ketentuan pencegahan Covid-19 dengan tetap menjaga kebersihan serta memakai masker. Dengan demikian, penularan virus dapat dihindari,” katanya.
Selain membagikan sembako, Sonny juga menyerahkan enam ekor sapi saat Idul Adha bulan lalu. Enam ekor sapi dibagi dibeberapa kecamatan di Banyuwangi. Salah satunya diserahkan kepada Polresta Banyuwangi. Sapi tersebut diterima langsung oleh Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Arman Asmara Syarifudin dan Wakapolresta Banyuwangi AKBP Kusumo Wahyu Bintoro. “HKTI Banyuwangi juga telah bersinergi dengan Kapolresta Banyuwangi dengan berkunjung dan bertatap muka dengan para petani kopi dan para pelaku UMKM di Kecamatan Songgon pada Sabtu malam (22/8). Hal ini dilakukan agar para petani kopi dan UMKM tetap semangat dalam menekuni usahanya,” kata Sonny.
Sebagai Ketua HKTI, Sonny berharap masalah ketahanan pangan harus menjadi perhatian pemerintah, sebab Covid-19 ini termasuk bencana wabah penyakit. Ketahanan pangan mengindikasikan pada ketersediaan akses terhadap sumber makanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar. Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan ketersediaan akses terhadap makanan akan diperparah dengan semakin memburuknya pandemi itu sendiri serta larangan-larangan perpindahan penduduk yang mengikutinya. “Bahwa wabah suatu penyakit yang terjadi di dunia akan meningkatkan jumlah penduduk yang mengalami kelaparan dan malnutrisi. Dan ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga keberlangsungan ketahanan pangan,” ujar pria asal Sempu ini.
Sonny menilai, petani sebagai produsen makanan justru menjadi pihak paling terdampak dalam ancaman krisis ketahanan pangan, padahal petani merupakan profesi tunggal penyedia pangan yang seharusnya mampu tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Ironisnya yang terjadi setiap hari adalah penurunan harga komoditas pangan hingga pada level yang sangat rendah di berbagai wilayah di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Anjloknya harga komoditas pertanian sangat merugikan petani di tengah pandemi, petani yang menjadi tumpuan harapan sebagai produsen penyedia pangan bagi kelangsungan hidup penduduk di tengah pandemi justru terancam mengalami kerugian yang berakibat pada ketidakmampuan membeli bibit dan memperbaharui tanaman mereka. Padahal, masyarakat tetap membeli dengan harga yang normal dan cenderung meningkat di berbagai pasar swalayan.
“Salah satu solusi agar ketahanan pangan ini tetap terkendali adalah pengawasan harga-harga pangan mulai dari level produsen (petani) sampai di tangan konsumen sehingga produksi pangan tetap berjalan dengan optimal meskipun dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Pemerintah dapat kembali mengaktifkan sistem-sistem ketahanan petani dari mulai tingkat desa dengan bantuan koperasi-koperasi desa. Beberapa wilayah di Indonesia telah menerapkan sistem koperasi untuk mengontrol harga di tingkat petani sehingga harga yang diperoleh petani tidak jauh berbeda dengan harga pasaran. Selain itu perlu menambah kerjasama dengan flatform-flatform jual beli produk pertanian secara online,” pungkasnya. (*)